Language Thu, 09 Oct 2025, Malta

Memperlemah Volume Perbedaan (II)

Thu, 01 Jun 2023, 12:51:08, 1267 View Administrator, Category : Reflection Series

Reflection Series

Salam Kasih,

Pendeta duduk berhadap-berhadapan dengan Raja. Begitu duduk Sang Pendeta menjulurkan kakinya mengarah pada Raja. Bersamaan dengan itu Sang Raja juga melihat pendeta menarik kedua tanganNya. Melihat tingkah pendeta tersebut Sang Raja berpikir, “Ah... ini pendeta dari desa tidak mengerti aturan diplomasi kerajaan.”

Karena penasaran, maka dengan perasaan agak heran Raja lalu bertanya, “Pak pendeta..., sejak kapan anda melujurkan kaki ?“

Pendeta menjawab, "Sejak aku menarik tangan ke dadaku..."

Raja bertanya lagi, "Boleh saya tahu rahasianya ?"

Pendeta kemudian menjelaskan kepada sang Raja bahwa jika seseorang melujurkan kaki dan menarik tangan ke dada (bersidekep), hal itu menunjukkan bahwa orangnya tidak memerlukan apa pun dari orang yang berada di hadapannya. Sebaliknya ketika orang menginginkan sesuatu, maka ia akan duduk bersila yang baik dan tangannya dibuka lebar-lebar untuk menerima sesuatu dari orang yang ada di hadapannya.

“Aku tidak menginginkan apa pun dari anda Tuanku Raja, oleh karena itu aku melujurkan kaki dan menarik tangan ke arah dada.” Kemudian Pendeta memperbaiki sikap duduknya dan mulai duduk dengan baik. Tiba-tiba anak anjing di dalam cadar Pendeta terlepas, berlari dan akhirnya naik ke pangkuan Raja.

Pendeta melanjutkan, “Lihatlah Tuanku Raja, aku pendeta, pandanganku adalah sama terhadap semua makhluk. Aku tidak melihat perbedaan antara anda dengan anak anjing tersebut. Aku harap Tuanku Raja tidak menjadi salah mengerti dan tidak salah paham dalam hal ini. Oleh karena anda menginginkan pelajaran, maka sebagai seorang pendeta, adalah kewajibanku memberikan pelajaran spiritual dengan baik, jelas dan penuh kebenaran.

Memang..., tidak ada beda antara Tuanku Raja dengan anak anjing di pangkuan anda tersebut. Raja bisa bicara, anjing itu juga bisa bicara. Anda bisa melihat, anjing itu juga mampu melihat. Anda makan, anjing itu juga bisa makan. Badan kasar anda terbentuk dari Panca Maha Bhuta, atau lima unsur alam penting seperti tanah, air, api, angin dan angkasa, demikian pula badan anak anjing itu juga terbentuk dari kelima unsur dasar tersebut. Dan di dalam badan kasar, ada diri anda yang sejati sebagai sang roh yang menghidupi badan, tetapi dalam diri anjing ini pun terdapat sang roh yang menghidupi badan anjing. Jadi aku tidak melihat perbedaan antara anda dengan anak anjing itu.”

Selanjutnya, pendeta memberikan contoh lagi dengan sebuah cerita kecil. Tersebutlah seorang pendeta. Beliau biasanya pergi meminta-minta dari satu rumah ke rumah lain dari orang-orang yang saleh. Suatu saat sang Pendeta mengunjungi rumah seorang pengusaha. Setelah pendeta menyelesaikan makannya, sang pengusaha hendak mengangkat piring makan Pendeta. Tetapi, Pendeta tersebut segera menolak sambil berkata, “Aku tidak akan membiarkan kamu mencucikan piringku ini.”

Lalu pengusaha itu menjawab, “Kalau begitu, saya akan minta pelayan saya mencucikan piring pendeta “. Mendengar jawaban itu, pendeta menjawab lagi dengan penekanan suara lebih tegas. "Bagiku, apa bedanya kamu dan pelayanmu? Kamu yang cucikan piringku ataukah pelayanmu yang mencucikan piringku? Apa bedanya? Kan sama saja?! Ya..., perbedaan barangkali ada ketika aku menganggap kamu sebagai orang besar dan pelayanmu adalah orang kecil atau orang biasa. Bagi diriku sendiri, kamu adalah terhormat di hadapanku, tetapi pelayan itu pun orang terhormat di hadapanku. Mengapa? Karena pelayan itu adalah pelayanmu dan bukan pelayanku. Di hadapanku ia adalah insan manusia yang sama dengan kamu yang juga adalah insan manusia. Akan berbeda pandanganku terhadap kamu dan pelayanmu ketika aku memerlukan sesuatu darimu, ketika aku menjalin hubungan memberi dan menerima denganmu, maka saat itu akan berbeda. Pelayanmu adalah pelayanmu, ia bukan pelayanku. Karena itu pelayanmu adalah sama terhormatnya di hadapanku, sebagaimana kamu terhormat di hadapanku. Ia akan berbeda ketika ia menjadi pelayanku, ketika aku menggajinya.“

Demikianlah.., para pe-Meditasi Angka sangat perlu dan harus memperhatikan serta memiliki pandangan indah seperti ini. Bahwa kita hanya berhak memandang orang lain sebagai insan Tuhan, dan tidak memandang seseorang dari segi tinggi rendahnya kedudukan mereka di masyarakat, terhormat atau tidak terhormat, kaya atau miskin, dan lain-lain. Sebab, kesadaran yang melihat perbedaan duniawi seperti itu hanya akan mem-blok atau MENUTUP rapat-rapat jalan maju seorang pe-Meditasi Angka untuk melangkah kepada tujuan lebih jauh lagi, tujuan indah, tujuan spiritual, tujuan yang adalah merupakan asal muasal kita yang sejati, yaitu dunia spiritual yang penuh dengan keindahan, kedamaian dan kebahagiaan sejati, SANGKAN PARANING DUMADI menurut para leluhur kita.

Kebahagiaan spiritual adalah kebahagiaan yang tidak tercemari oleh apapun, yang berada jauh diluar dualisme yang selalu saling bertolak belakang. Kebahagiaan yang tidak dipengaruhi oleh apa yang terlihat oleh mata duniawi, dan tidak membeda-bedakan penampilan duniawi. Kebahagiaan yang tidak akan pernah berubah kembali menjadi kedukaan/kesengsaraan. Kebahagiaan yang tidak akan terpengaruh oleh keadaan apapun. Ia dinamakan Paramasukham atau Paramanandam, karena kebahagiaan seperti itu berkembang dan berkembang terus tanpa batas.

Demikianlah... semoga semua berbahagia....

Sriguru... 

(Darmayasa)
DIVINE LOVE / 07 03 06



Sat, 06 Jul 2024 Tidur Bersama Tuhan


Comments