Language Thu, 09 Oct 2025, Malta

Melihat Semua Sama (I)

Sat, 12 Nov 2022, 11:26:20, 1351 View Administrator, Category : Reflection Series

Reflection Series

Salam kasih,

Dahulu kala, tersebutlah seorang Guru Spiritual terkenal di India bernama Kabir Das. Ia sangat terkenal dengan ajaran-ajaran indah yang padat arti dan makna, dengan arti yang seringkali tak terduga sebelumnya. Tetapi setelah orang membaca atau mendengarkannya, maka akan datang dari bibirnya kata pujian, “wah hebatnya..”. Ajarannya berbentuk semacam puisi satu bait, terdiri dari 4 baris dengan pemakaian hiasan bahasa sempurna. 

Salah satu puisinya adalah :
    Kabir baitha chauwk pe
        Mangge sab ki khair
    Na kahun se dosti
        Na kahun se bair

“Kabir Das duduk di perempatan jalan mendoakan kesejahteraan setiap orang yang lalu lalang di sana. Tetapi, ia tidak berteman dengan siapa pun dan tidak bermusuhan dengan siapa pun.”

Dari puisi ini kita dapat bercermin bahwa beliau konsentrasinya adalah pada mendoakan kebaikan, kesejahteraan, kedamaian setiap orang dan bukan pada orangnya. Kita biasanya berkonsentrasi pada orangnya dan bukan pada kebaikan serta kesejahteraan orangnya. Ketika kita berkonsentrasi pada orangnya, maka disana akan ada kecacatan sangat bermakna, bahwa kita akan terpengaruh, kebaikan yang kita lakukan akan terpengaruh oleh pandangan kita pada orang tersebut. Kemudian jika kita berbeda suku, maka kebaikan kita akan berkurang, atau bahkan batal sama sekali. Begitu pula kalau kita berbeda agama, ras, warna kulit, berbeda status di masyarakat dan lain-lain.

Pernah ada seseorang yang mengantarkan rombongan lomba pembacaan ayat-ayat kitab suci. Orang tersebut membantu dari awal sampai acara tersebut terwujud. Ada kejadian menarik ketika orang itu mengantarkan 4 orang peserta ke rumah seorang pengusaha kaya yang membantu membiayai acara tersebut.

Setelah dijamu dengan makan minum dan lain-lain, tibalah saatnya berpamitan. Sang pengusaha kaya datang menemui para peserta termasuk pengantar tadi. Ia membawa amplop 5 buah. Satu persatu mereka diberikan amplop. Begitu melihat orang bukan dari agamanya, amplop itu ditarik dari tangannya dan masuk saku jasnya lagi, meninggalkan senyum kecut pada bibir sang pengantar yang kecapaian karena kurang tidur.

Begitulah dalam praktek, perbuatan baik yang dilakukan juga akan sangat ditentukan keberhasilan atau kegagalannya oleh pandangan akan perbedaan warna kulit, agama, suku, kedudukan/status sosial dan lain-lain.  Demikian, khususnya orang-orang yang kelihatan rajin dalam keagamaan tanpa didukung kemajuan mental dan moral spiritualnya, maka ia akan sangat terpengaruh oleh perbedaan ini.

Suatu ketika seseorang sedang mendengarkan lagu suci di tape mobilnya. Sambil mengemudikan mobil ia juga menggerak-gerakkankan tangannya mengikuti irama lagu suci tersebut. Ketika tiba di satu tempat di lampu merah, di sebelah mobilnya duduk seorang wanita cantik menyetir mobil sempat melirik ke arahnya. Lelaki ini segera membesarkan volume tapenya dengan kesadaran yang telah berganti, bahwa kalau tadi ia mendengarkan lagu-lagu suci untuk pemujian kebesaran Tuhan YME dan kedamaian diri sendiri, tetapi sekarang ia telah merubahnya menjadi pemujian untuk dipuji oleh seorang wanita, dan tanpa disadari bahwa ia telah menurunkan Tuhan serta menggantikannya dengan wanita tersebut.

Di sini kita juga dapat melihat bahwa ternyata perbuatan apa pun yang sedang dilakukan orang, akan dapat berubah ketika ia berkonsentrasi kepada orangnya, kepada perbedaan-perbedaan suku, warna kulit, agama dan status di masyarakat. Sedangkan Kabir Das tidak memusatkan perhatiannya pada hal-hal “berbahaya” itu. Kabir Das hanya melihat bahwa dirinya melakukan kegiatan mulia untuk kesejahteraan setiap orang tanpa memperhatikan asal usul mereka. Beliau tidak terperangkap bahkan pada rasa senang dan tidak senang pada orang lain. Kabir Das telah melewati level tersebut, sebuah level rendah dan sempit serta membakar habis segala apa saja yang datang mendekatinya.

Kitab Bhagavad Gita sendiri juga menyampaikan hal yang sama. “Sukha-duhkhe same krtva labhalabhau jayajayau...”, bahwa bagi mereka yang menginginkan kesejahteraan orang lain dan juga kesejahteraan dirinya sendiri, mereka harus memperhatikan hal ini, yaitu membebaskan diri dari berbagai perbedaan dan juga dari dualitas suka-duka, senang-sedih, tawa-tangis, puji-cerca.

Mereka yang telah mencapai tingkat tertentu dalam meditasinya tidak akan begitu terpengaruh oleh kesukaan atau kebahagiaan yang didapat dan juga tidak akan terpengaruh oleh kedukaan yang dialami. Same krtva berarti keduanya dianggap/dirasa sama dan ia tidak terpengaruh sama sekali oleh suka maupun duka. Sedangkan orang-orang duniawi, akan tenggelam dan timbul berulang kali sampai akhir nafas dalam perputaran kesukaan dan kedukaan. Hal ini akan sangat bermanfaat jika direnungkan oleh teman-teman pe-Medang secara teratur. Sebab memang merupakan pemandangan sangat wajar orang terbawa senyum dan tawa di dalam kebahagiaan yang didapat, dan ketika mendapatkan kedukaan mereka akan tenggelam dalam berbagai kedukaan yang merobek-robek kesadarannya.

Ada cerita indah mengenai hal ini. Suatu kali di Cina ada orang latihan naik kuda. Ia terjatuh dan kakinya patah. Segera kejadian itu dilaporkan kepada seorang tua bijak. Orang tua itu mengatakan... “oh syukurlah....” Wah jawaban seperti itu kontan saja mengagetkan sang informan. Tetapi karena dihadapannya adalah orang bijak, maka ia tidak berani menentangnya.

Nah pada suatu hari terjadi perang. Pemerintah mengharuskan setiap keluarga memberikan seorang anak lelaki untuk dikirim kedalam medan perang. Ketika tentara memasuki rumah orang itu, mereka mendapatkan orang itu kakinya patah. Akhirnya ia yang merupakan anak satu-satunya bagi ibunya yang sudah tua menjadi terbebas dari tawaran paksa masuk tentara.

Informan akhirnya mengerti bahwa selalu ada hikmah dibalik musibah. Biasanya memang seperti itulah, bahwa dibalik suatu kejadian, akan tersimpan secara rahasia sesuatu berkah mulia di baliknya. 
Bersambung....

Sriguru... 
(Darmayasa)
DIVINE LOVE/060306



Sat, 06 Jul 2024 Tidur Bersama Tuhan


Ada 1 Komentar
  • I Made Suparta, 12 Nov 2022, 13:32:34 WIB
    Radhe Radhe Guru, pencerahan untuk belajar welas asih
Comments